Rabu, 16 Desember 2009

Teori sepotong kapas

Kapas atau nama lain disebut kapuk yang berwarna putih tidaklah pernah lepas dari hingar-bingar perayaan natal. Lebih khusus dipakai untuk hiasan pohon Natal untuk melengkapi aksesoris lainnya, seperti lampu hias, gambar lonceng, sampai boneka malaikat mungil yang terbuat dari styro foam. Memang kapas dalam artian mewakili salju yang turun menghiasi pohon-pohon Natal.
Demikianlah sepenggal
cerita pembukaaan dari seorang pendeta memulai ceritanya pada sebuah natal di perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata.

Sebuah gereja kecil yang hanya mampu menampung sekitar seratus jemaat dan malam itu penuh karena adanya perayaan natal.

Gembala sidang setempat pintar dan supel dalam bergaul, tak heran semua warga disana sangat mengagumi dan menyenangi sang gembala. Pada suatu waktu sang gembala sidang, menderita sakit dan dokter memfonisnya dengan suatu penyakit yang sangat parah. Ginjalanya sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan transpalasi ginjal adalah jalan keluar satu-satunya.

Hamba Tuhan ini setia berdoa dan tidak terlalu memusingkan dirinya dan lebih asik melayani jemaatnya, melalui mimbar, konseling serta mengunjungi warganya secara bergilir, meskipun sesungguhnya kondisinya tidaklah sehat seperti biasanya.

Malam itu mereka merayakan Natal dengan damai dan sukacita. Sang gembala setempat memulai khotbahnya pada pukul delapan malam . Tiba dipertengahan khotbahnya dia merasa harus menyampaikan sesuatu kepada jemaatnya tentang kondisi sesungguhnya yang dirasakan dan dialaminya.

Dalam kesempatan itu dia mencoba menyampaikan kepada jemaatnya agar bisa membantunya mencarikan seseorang yang mau mendonorkan sebuah ginjal untuknya supaya dia bisa bertahan hidup. Diluar dugaan tanpa komando setiap warga jemaat menunjukkan jarinya keatas tanda bersedia untuk mendonorkan salah satu ginjalanya.

Nah..sekarang gembalanya yang bingung, siapa yang harus dia pilih untuk menjadi donor karena peserta donor terlalu banyak, sedang yang dibutuhkan hanya satu buah ginjal saja.

Kemudian gembala sidang meminta hikmat, dan dia mengambil sepotong kapas yang terpasang di salah satu dahan pohon natal dan mulai berbicara kepada jemaatnya.

Sambil mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaatnya yang siap menjadi donor ginjal maka untuk lebih adil maka saya akan meniupkan sepotong kapas ini, dan dimana kapas ini berhenti maka yang bersangkutan lah yang terpilih untuk menjadi donor, demikian pengantar dari sang gembala.

Ketika kapas mulai ditiupkan dari atas mimbar maka kapas tersebut mulai melayang-layang diatas langit-langit gereja kecil itu karena ditiup oleh kipas angin yang ada di ruangan . Setelah sekian lama, Hampir seratus pasang mata menatap ke langit-langit gereja untuk mengikuti kemana kapasnya berlabuh. Akhirnya setelah sekian menit menunggu maka kapas yang sudah ditiupkan oleh gembala hampir mendarat di kepala sang pebisnis. Melihat kapas sudah hampir mendarat dikepalanya maka dia mulai berpikir ntar kalau kapas ini mendarat dikepalaku maka saya terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk mengurus bisnisku, bukankkah membutuhkan waktu lama untuk proses penyebuhan setelah transpalasi ginjal ? Bukankah masih banyak proyek yang masih belum selesai dan kontrak kerjasama dengan yang lain masih banyak yang belum ditanda tangani ? gumannya dalam hati.
Sambil memelototi kapas itu, si pebisnis mulai meniup kapas itu dan berlalulah darinya.Kapas yang hampir mendarat terbang kembali ke langit-langit gereja. Hal ini berlasung kepada yang lain, ketika kapas itu hampir mendarat di kepala masing-masing warga, maka spontanitas mereka masing-masing meniup agar kapas itu tidaklah mendarat di kepala mereka. Sepertinya ada permainan baru yang mereka lakukan dalam suasana kebaktian perayaan natal.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam maka tidak satupun kapas itu dapat mendarat di salah satu warga jemaat karena disaat mau mendarat spontanitas mereka meniup kapas itu satu dengan lainya.

Demikianlah kehidupan orang percaya , sungguh terlalu banyak alasan . Berbagai macam alasan dapat digunakan untuk menolak sesuatu, meskipun sebelumnya mempunyai komitmen tertentu untuk melakukan hal-hal yang baik.

Jika kita mau diberkati, maka seharusnya tidak ada alasan untuk menolak untuk melakukan sesuatu yang baik terlebih lagi untuk bidang pelayanan.
Demikian pesan pendeta malam pada Natal itu dan semua jemaat yang hadir, sambil melihat satu sama lain sambil menahan tawa mendengar sebuah ilustrasi yang lucu itu.

Marry X. Mas bro n Sis.....

0 komentar:

Posting Komentar