Tuntutlah ilmu sampai ke negri Cina demikian sepenggal kalimat yang pernah saya dengar tanpa tau persis apa arti yang sesungguhnya. Tapi kalau boleh saya mengira-kira, adalah menuntut ilmu meskipun jauh dari tempat kita berada.
Hari ini beda lagi yang saya baca, tuntutlah ilmu hingga ke liang lahat, nah...kalau yang ini saya jelas tau dan mengerti bahwa menuntut ilmu tidak ada batas usia.
Kalimat yang kedua ini meluncur dari Tarlan, kakek yang sudah sangat tidak muda lagi, umurnya 81 tahun dan sudah mempunyai 29 orang cucu.
Tampilkan postingan dengan label ganbatte. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ganbatte. Tampilkan semua postingan
Selasa, 22 Desember 2009
Rabu, 02 Desember 2009
Lulus setelah 950 Kali ujian SIM
Berita yang mengharukan datang dari Seoul Korea Selatan sekaligus berita yang menggembirakan, mengikuti 950 kali ujian hanya untuk mendapatkan sebuah Surat Ijin Mengemudi (SIM) .
Perjuangan seorang nenek berumur 68 tahun namanya Cha Sa-Soon tidak pernah sia-sia. Mengikuti ujian tertulis/teori sebanyak 950 kali untuk mendapatkan Surat Ijin Mengemudi bukan suatu halangan baginya dan ternyata dia dinyatakan berhasil lulus. Tapi, meskipun masih ada ujian praktek yang harus dilalui sebelum dia benar-benar memperoleh SIM.
"Saya merasa sangat malu pada diri saya sendiri karena terus-menerus gagal. Tapi, saya tidak bisa menyerah begitu saja,"tandas Cha dalam sebuah wawancara dengan kantor berita setempat.
Cha memiliki empat orang anak dan kesemua anaknya menyambut antusias dan gembira atas kelulusan ibu mereka. Maklum dilihat dari umur sang ibu bukanlah bilangan limapuluhan tapi sudah berumur 68 tahun. Katanya demi untuk mencapai kelulusan itu Cha rela mengikuti ujian teori SIM setiap hari. Dan itu dilakukan sejak bulan April 2005 yang lalu.
Mengikuti proses ujian yang melelahkan itu ternyata membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Total nominalnya mencapai lebih KRW (Korea WON) mata uang Korea Won sekitar empat koma enam juta rupiah.Kebutuhan yang lain selama mengikuti ujian tersebut belum termasuk biaya transportasi dan biro layanan SIM Kota Jeonju, yang jarak tempuhnya sekitar 210 km dari Kota Seoul.
Untuk dinyatakan lulus tidak ada ubahnya seperti nilai ujian sekolah yaitu minimal skor 60 artinya nilai rapornya tidak merah dan mengakibatkan kegagalan untuk tidak naik kelas, dan Cha juga mendapatkan nilai minimal 60 yang berarti lulus. Selama mengikuti ujian sebelumnya dia hanya mendapatkan skor 30 sampai skor 50 dan hari terakhir itu dia mendapatkan nilai yang lumayan bagus yaitu 60 poin.
Cha bercerita kepada media bahwa dia sangat membutuhkan Sim untuk mendukung bisnisnya. setiap hari dia harus keliling untuk menjual sayurannya dan peralatan rumah tangga dengan menggunakan gerobak. Rencana Cha kalau sudah mendapatkan SIM dia akan menjajakan dagangannya dengan mobil. Dengan demikian wilayah yang dijangkau lebih luas dan barang bawaannya pun jauh lebih banyak.
"Tapi, saya masih harus mengikuti ujian praktek," untuk mendapatkan SIM tersebut.
Bagaimanapun susahnya, berapapun biaya bahkan meskipun tidak termasuk golongan umur yang muda tapi semangat pantang menyerah patutlah kita contoh. Untuk mendapatkan hal-hal yang baik tidaklah harus malu tapi berjuang sampai akhir.
Saya cuman berkata...selamat berjuang Cha...jangan menyerah..ganbatte kudasai...
Perjuangan seorang nenek berumur 68 tahun namanya Cha Sa-Soon tidak pernah sia-sia. Mengikuti ujian tertulis/teori sebanyak 950 kali untuk mendapatkan Surat Ijin Mengemudi bukan suatu halangan baginya dan ternyata dia dinyatakan berhasil lulus. Tapi, meskipun masih ada ujian praktek yang harus dilalui sebelum dia benar-benar memperoleh SIM.
"Saya merasa sangat malu pada diri saya sendiri karena terus-menerus gagal. Tapi, saya tidak bisa menyerah begitu saja,"tandas Cha dalam sebuah wawancara dengan kantor berita setempat.
Cha memiliki empat orang anak dan kesemua anaknya menyambut antusias dan gembira atas kelulusan ibu mereka. Maklum dilihat dari umur sang ibu bukanlah bilangan limapuluhan tapi sudah berumur 68 tahun. Katanya demi untuk mencapai kelulusan itu Cha rela mengikuti ujian teori SIM setiap hari. Dan itu dilakukan sejak bulan April 2005 yang lalu.
Mengikuti proses ujian yang melelahkan itu ternyata membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Total nominalnya mencapai lebih KRW (Korea WON) mata uang Korea Won sekitar empat koma enam juta rupiah.Kebutuhan yang lain selama mengikuti ujian tersebut belum termasuk biaya transportasi dan biro layanan SIM Kota Jeonju, yang jarak tempuhnya sekitar 210 km dari Kota Seoul.
Untuk dinyatakan lulus tidak ada ubahnya seperti nilai ujian sekolah yaitu minimal skor 60 artinya nilai rapornya tidak merah dan mengakibatkan kegagalan untuk tidak naik kelas, dan Cha juga mendapatkan nilai minimal 60 yang berarti lulus. Selama mengikuti ujian sebelumnya dia hanya mendapatkan skor 30 sampai skor 50 dan hari terakhir itu dia mendapatkan nilai yang lumayan bagus yaitu 60 poin.
Cha bercerita kepada media bahwa dia sangat membutuhkan Sim untuk mendukung bisnisnya. setiap hari dia harus keliling untuk menjual sayurannya dan peralatan rumah tangga dengan menggunakan gerobak. Rencana Cha kalau sudah mendapatkan SIM dia akan menjajakan dagangannya dengan mobil. Dengan demikian wilayah yang dijangkau lebih luas dan barang bawaannya pun jauh lebih banyak.
"Tapi, saya masih harus mengikuti ujian praktek," untuk mendapatkan SIM tersebut.
Bagaimanapun susahnya, berapapun biaya bahkan meskipun tidak termasuk golongan umur yang muda tapi semangat pantang menyerah patutlah kita contoh. Untuk mendapatkan hal-hal yang baik tidaklah harus malu tapi berjuang sampai akhir.
Saya cuman berkata...selamat berjuang Cha...jangan menyerah..ganbatte kudasai...
Langganan:
Postingan (Atom)